Terpilih Menjadi Presidium Nasional BEM PTM Zona 3, Faisal Abdul Rachman Mengusung 3 Pilar Gerakan
Jakarta – Faisal Abdul Rachman Presiden Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta terpilih sebagai Presidium Nasional BEM PTM Zona III, yang sebelumnya dinahkodai oleh Hendi dari STKIP Muhammadiyah Bogor dalam perhelatan Silaturahmi Wilayah (Silatwil) BEM PTM Zona III, di kampus ITB Ahmad Dahlan Jakarta pada 28-30 Januari 2022.
Silatwil BEM PTM Zona III merupakan kegiatan Musyawarah tertinggi Wilayah untuk menentukan kepemimpinan dan arah gerakan kedepannya. Didalamnya juga tidak hanya menghasilkan seorang Presidium Nasional, juga pergantian Koordinator Wilayah yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Adapun Pilar gerakan yang diusung oleh Faisal Abdul Rachman dalam memulai langkah nya dalam menahkodai BEM PTM Zona III sebagai berikut :
1. Gerakan Digital: dalam pidatonya Faisal menyampaikan bahwa hari ini yang perlu kita bawa dalam gerakan intelektual ialah ruang gerak digital. Pola gerakan yang memang perlu adanya kesadaran yang masif dalam menyikapi isu, situasi dan kondisi negara terutama di Wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Gerakan Digital di sebandingkan dengan kemampuan memahami arah gerak pembaharuan. Dimana mahasiswa-mahasiswa pergerakan mesti menyadari agitasi media, propaganda hingga implementasi gerakan digital platform sebagai alat untuk menggugat ketidakadilan.
“BEM PTM Zona III harus hadir dalam setiap perkembangan gerakan, dengan memanfaatkan isu-isu yang ada sebagai instrumen gerakan digital yang langsung dirasakan oleh semua elemen,” kata Faisal saat diwawancarai, Minggu, (30/01/2022).
2. Gerakan Narasi : Gerakan Narasi merupakan salah satu sekian banyak instrumen gerakan mahasiswa. Yang mana gerakan Narasi diarahkan kepada daya kritis yang kuat dan keberanian Menggugat Kebijakan melalui narasi (Literasi Mahasiswa).
Sejalan dengan perkembangannya, gerakan Narasi sangat cukup besar berdampak karena sistem gerakan digalakkan dengan cara elegan tetapi menusuk.
“Bahwa BEM PTM Zona III juga akan lebih aktif dan banyak melahirkan Narator-Narator berkualitas sebagai kiblat gerakan Narasi,” tegasnya.
3. Gerakan Jalanan: Sebanding dengan gerakan Digital dan Narasi. Gerakan Jalanan adalah puncak dari Konsolidasi yang harus diindahkan sebagai Rana perlawanan. “Jika suara dibungkam, kritik dianggap tidak lagi baik, dan pendapat ditolak tanpa pertimbangan, hanya ada satu kata LAWAN.
“Gerakan Jalanan merupakan gerakan demontrasi yang dirumuskan dari dua gerakan sebelum yang akan dimasifkan gerakan agitasi propaganda melalui narasi dengan menyikapi isu sosial politik dan ekonomi di wilayah zona III itu sendiri,” tutupnya. (rel/rif)