Nasional

Dialog Keummatan :  Islam Moderat Mencegah Radikalisme Beragama

Makassar – Tragedi teror bom Gereja Katedral yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2021 lalu, hingga kini masih menyimpan pilu bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Kota Makassar.

Ironinya, pelaku teror bom adalah pasangan suami istri yang terindikasi menjadi bagian dari kelompok teroris Jamaat Ansharut Daulah (JAD). “JIHAD” jelas menjadi label pembenaran dengan jaminan surga tanpa dihisap.

Tragedi ini memilukan, dan membawa luka bagi rakyat Indonesia. Apalagi agama denganabel jihad dan khilafah yang disuarakan sebagai alasan dalam melalukan aksi nir kemanusiaan yang merugikan banyak orang. Tragedi Bom Gereja Katedral menjadi bukti bahwa bangsa kita masih sangat rawat untuk diserang oleh kelompok teroris.

Oleh karena itu, untuk mengingat tragedi ini Cangkir Opini bersama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Hasanuddin menggelar kegiatan bertajuk Moderasi Indonesia “mengenang tragedi gereja katedral” dengan membuat dua kegiatan sekaligus, yaitu mempo-mempo kebangsaan dan dialog keummatan (11-12 Desember 2021). Kedua kegiatan tersebut dilakukan untuk mensyiarkan Islam Moderat atau Islam Wasatiyah di tengah-tengah masyarakat Makassar, Sulawesi Selatan.

Kegiatan mempo-mempo dilaksanakan di D’Original Coffe dengan mengundang dua pembicara, yaitu Muh. Asratillah (Kordinator Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah Sulsel) dan Rizal Pauzi (dosen Fisipol Unhas). Dalam pemaparan mereka, keduanya bersepakat bahwa moderasi agama dapat diterima dan kokoh apabila pemerintah dan masyarakat sejahtera secara ekonomi.

Menurut Asratillah, ekonomi adalah salah satu faktor penentu seseorang dalam melakukan tindakan. Kita banyak sekali melihat kasus teror karena kesejahteraan yang tidak ia dapatkan, sehingga menempu jalan yang tidak benar.

Rizal Pauzi juga menyebutkan dalam materinya bahwa  Sulawesi Selatan merupakan provinsi penyumbang teroris terbesar di Indonesia. Hal ini patut kita waspadai, sehingga kegiatan edukasi moderasi agama semacam ini perlu tetap berjalan secara konsisten.

Di acara puncak yang bertajuk Dialog Keummatan yang bertema “Wasatiyah Al Islamiyah untuk Indonesia yang ramah”, Cangkir Opini dan IMM Hukum Unhas mengundang tiga orang pembicara, yaitu KH. Dr. Mustari Bosra, Fajrurrahman Jurdi, dan Ex Napiter asal Makassar yaitu Muchtar Dg. Lau.

KH. Mustari Bosra dalam paparannya mengatakn prinsip moderasi agama sudah tertuang dalam surah al-baqaroh ayat 43, di mana ayat itu menjelaskan bahwa umat islam adalah umat yang berada di tengah, tidak ekstrim ke kanan maupun ke kiri dan tidak bertindak dengan kekerasan dalam menjalankan dakwah kepada masyarakat.

“Sama halnya dengan Muhammadiyah yang memahami islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, tugas utamanya adalah menebar manfaat, bukan kebencian apalagi kekerasan. Kita harus menjalan agama dengan cara yang wasatiyah,” tegas Wakil Ketua Pimpinan Wilayah ini.

Fajrurrahman Jurdi di sesi yang kedua juga menyampaikan bahwa terorisme dalam konteks ke Indonesiaan memang masih sangat rawan terjadi di Indonesia, apalagi dengan kondisi negara yang penduduknya memiliki beragam pemahaman, termasuk paham agama.

Fajrurrahman mengungkaplan bahwa “keputusan seseorang dalam melakukan aksi (termasuk terorisme) disebabkan oleh anasir-anasir yang berasal dari keragaman pemikiran manusia yang ditentukan oleh instrumen apa yang kita pakai dalam menangkap pesan-pesan langit,” ungkapnya.

Terkahir, Muchtar Dg Lau mengingatkan kita bahwa paham keagamaan yang moderat atau wasatiyah ad-diniyah sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kita tidak boleh lengah, jangan mudah terprovokasi, memang mereka jumlahnya tidak banyak, tapi perlu kita waspadai agar tidak ikut menjadi korban apalagi pelaku teror yang meresahkan masyarakat. Mari kita cegah agenda radikalisme ini dengan paham keagamaan yang moderat, tidak berat sebelah dan mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan” tegas Pria yang pernah menjadi aktor bom McD pada tahun 2002 di Makassar.

Kegiatan ini dihadiri oleh organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan yang tersebar di makassar. Secara komulatif, kegiatan Mengenang Tragedi Bom Katedral dihadiri oleh 35 orang di acara pertama, dan 100 orang lebih di acara kedua baik secara online maupun offline.(rel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *