Didorong Meningkatnya Komsumsi Masyarakat, Ekonomi Sumut Diprakirakan Tetap Kuat pada Triwulan I 2024
MEDAN – Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) diprakirakan tetap kuat pada triwulan I-2024. Hal ini didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat Sumut, indeks penjualan riil, kinerja konstruksi seiring dengan pemulihan penyaluran kredit ke sektor konstruksi, dan permintaan ekspor dan domestik. Hal ini dikatakan Kepala perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut I.G.P Wira Kusuma, Jumat (3/5/2024).
Dari sisi pergerakan harga pada Maret 2024, dijabarkan Wira, inflasi nasional meningkat, namun terjaga dalam kisaran sasaran. Inflasi IHK Maret 2024 tercatat sebesar 3,05% (yoy) meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 2,75% (yoy) namun masih berada dalam kisaran sasaran 2,5±1%.
Pada inflasi tahunan Sumatera Utara juga berada dalam rentang sasaran. Tercatat Maret 2024 Sumatera Utara mengalami inflasi bulanan (mtm) 0,72%, meningkat jika dibandingkan bulan lalu sebesar 0,41%. Seluruh kab/kota IHK Sumut mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi di Labuhanbatu sebesar 1,62% dan terendah di Karo 0,12%.
“Inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 2,5±1% pada tahun 2024,” ujarnya.
Ditambahkannya, pada 2024 ini perekonomian Sumatera Utara juga diprakirakan terakselerasi pada kisaran 4,5-5,3% (yoy) yang didorong oleh optimisme permintaan domestik, penyelenggaraan Pemilu dan PON Sumut.
Lalu, berlanjutnya program perlindungan sosial Pemerintah, prospek investasi Sumut yang tetap kuat, dan permintaan sawit domestik yang tetap tinggi seiring berlanjutnya program hilirisasi industri B35 dan B40.
“Selain itu, inflasi gabungan 8 kota IHK Sumatera Utara diprakirakan terjaga dalam sasaran inflasi 2,5±1%. Inflasi Sumut didorong oleh masih terbatasnya pasokan akibat kebijakan proteksi dari negara mitra dagang. Dan, peningkatan permintaan seiring Pemilu dan PON Sumut, potensi kenaikan tarif cukai rokok 2024, fenomena El Nino yang diprakirakan hingga April 2024, serta konflik geopolitik dan disrupsi jalur dagang,” ungkapnya.
Untuk itu, dalam menjaga inflasi di Sumatera Utara, Wira juga menekankan untuk bisa menjaga suplai di hari-hari besar keagaaman, dalam hal ini TPID yang dikomandoi oleh Provinsi Sumut sudah memiliki langkah-langkah yakni melakukan operasi pasar. Kemudian berkejasama dengan Bulog seperti apa stok pangan dan seterusnya.
“Mudah-mudahan dengan langkah-langkah seperti itu dan kerjasama yang baik Pemerintah Provinsi, Bulog, BI dan kementerian terkait bisa menjaga itu. Jadi kalau permintaan ini tidak bisa kita halangi maka suplai dan permintaan harus seimbang. Begitu kira-kira. Kita lihatlah rilis iflasi dari BPS tanggal 2 Mei nanti ya,” pungkasnya. (red)