Sekda Dairi Buka Orientasi AMPSR: Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
DAIRI – Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator penting dalam menilai keberhasilan pembangunan kesehatan suatu daerah. Meskipun secara nasional Indonesia on track mencapai target RPJMN 2024—yakni AKI sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 16 per 1.000 kelahiran hidup—angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Di Kabupaten Dairi, hingga Desember 2024 tercatat 4 kasus kematian ibu, dengan penyebab terbanyak hipertensi dan pendarahan, serta 33 kasus kematian neonatal, yang sebagian besar disebabkan oleh asfiksia. Sementara pada periode Januari–Mei 2025, tercatat 1 kasus kematian ibu akibat pendarahan, dan 11 kasus kematian neonatal, dengan penyebab utama berat badan lahir rendah dan infeksi.
Hal ini disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi, Charles Bantjin, saat membuka kegiatan Orientasi Audit Maternal dan Perinatal, Surveilans dan Respons (AMPSR) di Ruang Rapat Bupati, Jumat (20/6/2025).
“Angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat. Meski berbagai upaya telah dilakukan, tantangan masih ada. Saya berharap orientasi ini memberi manfaat besar dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan maternal dan perinatal di Dairi,” ujar Charles.
Ia juga menekankan pentingnya menjadikan kegiatan ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen dan langkah konkret dalam menyelamatkan ibu dan bayi, sekaligus menurunkan angka kematian secara signifikan.
Kegiatan ini dihadiri narasumber dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Sumut, Prof. Dr. dr. Sarma Nursani Lumbanraja, Sp.OG(K), serta dr. Elisabet Tarigan, M.Ked(Ped), Sp.A dari RSUD Sidikalang, yang memaparkan konsep AMPSR. Turut hadir Sekretaris Dinas Kesehatan Frisda Turnip, Kabid Kesmas Dinkes Imelda Purba, serta tenaga medis dari RSUD Sidikalang, RSU Serenapita, dan Puskesmas se-Kabupaten Dairi.